Feeds:
Pos
Komentar
menjadi panglima perang

Woto: menjadi panglima perang

Tim penari Pengrawit dan pendamping

Tim penari ,Pengrawit dan pendamping

Pengrawit : lokasi pentas di Rich Hotel dalam acara Rotary

Pengrawit : lokasi pentas di Rich Hotel dalam acara Rotary

SSL : inilah persembahan dari kami, anak-anak lereng merapi #SanggarSapuLidi

SSL : inilah persembahan dari kami, anak-anak lereng merapi #SanggarSapuLidi

Story Of Love

tumblr_mvidkzo9A41su612oo1_1280

Tuhan memberikan apa yang aku butuhkan.

Tuhan telah memberiku jalan untuk sejarahku tersemat.

Disini ada banyak kenangan.

Banyak juga duka lara.

Tapi aku harus memahami,

bahwa hidup adalah bagian dari proses manusia didunia.

Selanjutnya, tak kan ada lagi selanjutnya.

Sesekali perasaan takut akan kehilangan menggelayut dan memantul di ujung miris.

Ia memuncak seakan hendak lepas.

Kadangkala indra ke-6 ku tak bisa menunggu.

Tiba saatnya ia berbisik dan menuntun.

Aku galau.

Sesuatu yang tak dapat diungkapkan dengan kata.

Sesuatu yang indah namun menyakitkan.

Perasaan hanyalah perasaan.

Sejauh ini tak ada cinta yang tak sakit.

Jika kau siap untuk mencintai, kau juga harus siap untuk tersakiti.

Saat mimpimu hanya mimpi,

Maka jangan berhenti untuk mencipta mimpi yang lain, lalu mewujudkannya.

Disanalah keyakinan akan mempermainkanmu,

memberimu banyak alasan untuk mundur dan menyerah.

Tapi jika ketulusanmu melebihinya,

mantaplah melangkah kedepan.

Tak masalah apa yang akan menjadi rintanganmu,

tatap saja kedepan.

Seseorang sedang menunggumu disana dengan penuh kesabaran dan cinta.

Ketika kau meraih tangannya, tak kan ada yang dapat memisahkannya.

Jika ia memegangmu dengan erat……..

PELANGI YANG MISKIN WARNA

Hujan turun begitu derasnya. Anginpun tak mau terlihat lemah dihadapan sang hujan. Kemudian ia mendatangkan sang badai. Matahari masih bersikeras memancarkan cahanya dikala itu. Aku berjalan menembus semuanya. Merasakan derasnya hujan, menerjang kuatnya badai, dan sesekali merasakan cahaya yang menghangatkan. Beberapa kali mata ini terpana akan sesuatu yang melingkar di atas langit. Ia berwarna, indah, dan tinggi. Pelangi. Aku rindu kehadirannya.

Terkadang, ketika jiwa ini merasa sepi, ia akan kembali bernostalgia dengan berbagai hal yang pernah ia jumpai. Atau, apabila ia merasakan berbagai macam gejolak, ia akan terhibur oleh sesuatu yang tergambar di depan matanya secara tersirat.

Suatu ketika aku berjalan sendirian menyusuri sebuah jalan. Biasanya aku bernyanyi, ataupun menyunggingkan senyuman. Namun, kali ini entah mengapa aku lebih sering bermuram durja, dan selalu diliputi awan mendung yang begitu pekat dan hitam.

Aku tak mengerti lagi dengan semua yang kutemui. Semuanya terasa imitasi, tidak nyata dan tidak asli. Tapi aku masih tak peduli pada apa yang terjadi, padahal rasa kecewa itu ada. Kaki-kaki ini terus berjalan menyusuri kerikil dan bebatuan tajam. Ada sesuatu yang menungguku penuh harap disana. Entah harapan macam apa yang akan ia sampirkan di pundakku.

Hujan turun lagi. Lebih lebat dan lebih deras. Badai kini telah menjadi sahabat bagi sang hujan. Dimana ada hujan, pastilah badai menyertai. Matahari tak nampak lagi usahanya untuk tetap bersinar. Aku yang tidak tahan dingin, rasanya kaku semua sendi-sendi. “Mungkin dia lelah”, begitulah kata anak-anak kodok yang riang bermain dikubangan.

Sepertinya ini sudah tak wajar. Sinar-sinar cahaya malam yang menerangi, musnah sudah. Binatang malam-pun tak berani unjuk keberanian memerangi kegelapan. Tapi tunggulah sebentar. Masih ada satu cahaya yang sedari tadi bergelayut diatas sana. Apakah itu pelangi berwarna merah?

Pelangi berwarna merah? Kenapa dia? Warnanya biasanya beragam, indah, dan selalu membuat setiap orang yang melihatnya merasa rindu. Tapi ini, hanya rasa ngeri yang tiada henti saja yang terasa. Berhari-hari ia mengantungkan diri diatas sana. Tapi aku, sama sekali tidak peduli lagi. Ia telah berubah, dan aku ngeri melihatnya.

To Be Continue………

Musibah Pagi

Pagi ini dihari jumat, telah terjadi sebuah kecelakaan di daerah tempat saya tinggal. Musibaah yang terjadi didepan mata ini sontak membuat saya kaget bukan kepalang. Sebenarnya saya sama dengan orang-orang yang lalu lalang dan sedang diburu waktu. Tapi melihat kejadian tersebut saya tak tega. Lantas tanpa mencabut kunci motor, saya bergegas membantu korban untuk segera menepi dari jalan raya. Tentu, orang-orang yang menyaksikan hanya terbngong-bengong dan menonton, padahal ini sama sekali bukan tontonan.

Kronologisnya begini, TKP ada di pertigaan jalan. Kecelakaan ini melibatkan sebuah mobil pick-up dan sebuah kendaraan bermotor yang lagi-lagi dikendarai oleh anak dibawah umur, dengan memboncengkan seorang ibu pula. Sedangkan pengendara mobil pick-up adalah seorang kakek yang kurang lebih usianya sekitar 60 tahunan.

Mobil ini sejalur dengan saya yang dari arah barat. Kemudian jalurnya melambat ketika sudah memasuki pertigaan jalan. Namun seorang bocah dari arah selatan, hendak lurus ke utara agak kikuk di pertigaan ini. Apalagi ia mengenakan sarung, membawa buntalan dan memboncengkan ibunya.

Ternyata sang kakek jua kurang konsentrasi dan tidak peka membaca sikap bocah tadi. Ia pun tanpa sadar menekan pedal gas, dan tertabraklah bocah yang mengendarai sepeda motor tadi. Namun ini yang membuat saya berteriak di TKP, sudah tau si kakek menabrak, masih saja ia menekan pedal gas, dan bermaksud untuk meminggirkan mobilnya di sebrang jalan, bukannya malah mundur untuk menghindari macet. Namun karena dipaksakan, slebor belakang motor si bocah ringsek dilindasnya. “Duuhh, si kakek ini”. Karena saya sendiri saat itu belum mengetahui bahwa si pengendara mobil adalah seorang kakek-kakek yang bermaksud meminggirkan mobilnya, sontak saja saja teriak,”eehhh.. berhenti woeee…!!!”.

Langsung saja saya lari menghampiri si bocah dan ibunya, untuk meminggirkan barang-barang supaya arus lalu lintas tidak terhambat. Luka di daun telinga, disekujur tumit kaki, dan tangan yang sedikit lecet-lecet harus dialami oleh si bocah. Sedangkan si ibu Alhamdulillah tidak mengalami cidera sedikitpun. Namun saya yakin mereka masih amat syok dan deg-deg’an.

Si kakekpun turun dari mobil dan membantu meminggirkan motor yang baru saja ia tabrak. Saya jadi ingat, kalau ternyata motor saya juga perlu diselamatkan karena berada di tengah-tengah jalan raya.

Berkali-kali si kakek minta maaf atas kejadian tersebut, dan berusaha dengan rendah hati untuk memberikan ganti rugi berupa uang. Namun karena si ibu tak berhenti-hentinya menyalahkan si kakek, saya coba menenangkannya padahal saya juga sebenarnya agak takut. Ibu ini galak. Yah, ini adalah halangan yang tidak disengaja. Si ibu pun menyerah dan menerima niat baik si kakek untuk bersedia mengganti rugi. Namun ibu ini masih kekeuh juga untuk meminta nomor handphone si kakek apabila suatu ketika terjadi keluhan lain pada diri si anak atas kecelakaan tersebut.

Saya tinggalkan mereka untuk melanjutkan perjalanan saya. Peristiwa ini banyak hikmahnya. Bahwa, anak dibawah umur janganlah diperbolehkan untuk mengendarai sepeda motor dijalan raya, serta memboncengkan penumpang pula. Mereka belum mampu untuk mengendalikan situasi. Saya saja terkadang masih sering terjatuh entah karena sebab A ataupun B.

Dan, usahakan jangan jatuh di jalan raya/ jalan besar. Kenapa? Tak akan banyak orang yang menolong anda. Tak peduli ada musibah apa didepan mereka, karena mereka sendiri juga dikejar-kejar waktu untuk bekerja, atau lain sebagainya. Jadi poinnya adalah, mereka mungkin ingin menolong namun tak sempat, atau mereka menunggu sampai jalanan normal untuk dilalui, atau juga mereka tidak menolong karena takut apabila polisi datang, mereka akan ikut dilibatkan dan situasi bertambah ruwet. Saya juga pernah mengalami sendiri waktu kecelakaan di sebuah jalan raya. Cukup dengan meminggirkan saya dan si motor, lalu mereka bergegas meninggalkan saya. Wuaduuhh…. Ini namanya apa ya?? Egoiskah?? Tidak ada tepo seliro-kah??

Hmmmm…. Silahkan dijawab sendiri teman-teman sekalian. J

Doc.Sanggar Sapu Lidi Membatik

Hujan turun begitu deras di hari minggu ini. Suhu dingin yang menusuk tulang, juga genangan-genangan air yang mengisi rongga kosong di jalanan tak membuat semangat kami hilang. Kami susuri jalanan dengan hati-hati untuk menghindari kaki mungil ini terjebak dalam kubangan. Payung kecil yang agak sempit bila digunakan berdua juga membuat basah ekor baju kami.

Seperti biasa, setiap minggu kami belajar bersama teman-teman di Sanggar Sapu Lidi. Hari ini terjadwal untuk materi belajar ketrampilan dengan tema “Membatik”. Kami mencoba membuat batik dengan dua macam pola yang mengalami deformasi namun tidak meninggalkan bentuk aslinya. Yaitu dengan pola berbentuk burung merak, dan pola berbentuk daun. Pola seperti ini dalam batik mengandung makna tertentu. Pada pola berbentuk dedaunan ini dapat berarti sebagai wahyu Tuhan untuk menggapai suatu cita-cita. Sedangkan untuk makna pada figur satwa burung mengandung makna kebebasan.

Bahan yang kami gunakan untuk membatik terdiri dari:

  • Kain mori berukuran sapu tangan
  • Pensil 2B untuk menggambar
  • Desain pola untuk di batik
  • Canting
  • Kompor dan wajan
  • Malam (WAX)

Ini adalah kali pertama kami belajar membatik. Walau sepertinya sulit, tapi belajar membatik ini menyenangkan juga. Setelah kami membuat pola pada kain mori, kemudian kami celupkan canting pada wajan panas berisikan cairan malam untuk kemudian kami tuangkan dalam pola tersebut.

Pada awalnya proses membatik ini sangat sulit. Macam-macam saja kendalanya. Ada yang sekali tuang membuat pola pada kain mori tertutup malam semua, ada pula yang cantingnya tidak dapat digunakan untuk membatik.

Waktu berjalan tanpa terasa. Bahkan kami membatik hingga langit hamper gelap. Proses membatik ini akan memakan waktu yang lama. Dari sekian proses yang ada, baru dua tahap yang telah kami lalui, yaitu memola dan membatik. Untuk tahap selanjutnya adalah memberi warna dan melorot.

Baiklah, dengan demikian kita tunggu tahap selanjutnya. Sampai jumpa pada pertemuan selanjutnya.

Masih Manusia Biasa

Nina

Aku hanyalah manusia yang tak lebih hebat darimu,

Karena aku masih bisa disakiti,

masih bisa menitikkan air mata,

dan masih bisa merasakan patah hati….

Banyak hal yang tak dapat dijawab oleh kata-kata ketika kau melihatku tertunduk lemas di sampingmu. Bahkan mungkin dengan menatap dalam mataku, kau tak akan mampu menterjemahkan isi hatiku. Sakit sekali ketika kata demi kata tertangkap oleh pendengaranku. Bukan tentang betapa tajamnya kata, kuatnya makna, atau kerasnya nada. Namun,  apa yang tersiratkan oleh bahasa manusia, tak dapat terbantahkan oleh nalar logikaku.

persaudaraanApakah sebenarnya hakikat dari persaudaraan itu? Kajian kodrati, semua makhluk yang ada di muka bumi ini, pada pokoknya terikat pada satu jalinan persaudaraan. Sebuah pranatan iradati yang menempatkan manusia bersama makhluk lainnya dalam garis edar simbiosis mutualis. Saling membutuhkan. Manusia tidak akan mampu bertahan hidup tanpa keberadaan makhluk lain.

Persaudaran dalam pengertian umum adalah terciptanya jalinan timbal balik antara individu satu dengan individu yang lain dan terikat oleh rasa kebersamaan, saling memiliki, mengasihi, dan rasa saling menerima juga memberi (take and give).

Sedangkan bila ditinjau dari sudut etimologi; kata “Persaudaraan” bersal dari bahasa sanskrit. “Sa-udara”, mendapat imuhan “per-an” yang berarti hal bersaudara atau tentang tata cara menggolongkan ikatan yang kokoh sebagai jelmaan “sa (satu),”udara (perut) atau kandungan. Ibarat manusia dilahirkan dari satu kandungan (perut) maka mereka harus dapat bersatu padu secara tulus, dan selalu ingat akan awal mulanya, (eling marang dalane).

Percaya pada hati nurani adalah kunci dari terbentuknya jalinan persaudaraan. Yakni, suatu jalinan hubungan timbal balik yang dilandasi rasa saling sayang menyayangi, saling hormat menghormati dan saling bertanggungjawab. Persaudaraan yang tidak memandang siapa kamu dan siapa aku, persaudaraan yang tidak membedakan latar belakang dan status poleksosobud (politik, ekonomi, sosial dan budaya), persaudaraan yang terlepas dari kefanatikan SARA (suku, agama, ras dan atara golongan)- dengan satu catatan keterkaitan atas pengertian persaudaraan itu tidak bertentangan dengan norma dan hukum masyarakat serta hukum negara dimana kita hidup.

Jika muncul kalimat, “kita ini adalah saudara”. Mengertikah anda tentang makna dari kalimat itu? Ya, sebagian dari kita memahaminya dengan sangat baik pengertian dari kata Saudara/ persaudaraan. Namun tidak banyak dari kita yang mengerti tentang makna dari kata itu bila ditinjau dari hati nurani.

Jadi ada tiga unsur yang mendukung suatu persaudaraan itu kekal abadi sejahtera. Yaitu, adanya rasa saling menghormati, saling menyayangi, dan saling bertanggung jawab. Apabila ketiga unsur pendukung terjalinnnya persaudaraan itu bisa terwujud dan dipertahankan, bukan mustahil jika apa yang kita harapkan atas persaudaraan itu bisa tercipta. Sebaliknya jika ketiga unsur pendukung itu terabaikan, jangan berimpi kita akan bisa hidup rukun, damai, dan tentram.

sumber

Menari Seni Campur

Para penari

Para penari

Siapa yang akan menyangka, ternyata sekarang saya begitu dekat dengan sebuah kesenian yang saya takuti sejak kecil. Seni Campur.

Saya penasaran, kesenian seperti apa kiranya yang sedang saya gandrungi ini?

Minggu, 03 Agustus 2014, adalah kali kedua saya mulai mengikuti tarian ini. Pertama kalinya saya ikut menari pada saat acara tutup Suro di Desa Sumber, Diwak, Lereng Merapi tahun 2013 lalu. Ya, saya menari bersama pemain seni campur lainnya. Selain personil dari Seni Campur ini sendiri, rekan-rekanku di Organisasi Palguna, Calung Donal Duck Sanggar Sapu Lidi juga didapuk untuk menjadi bagian dari anggota penari ini.

Anggota dari Palguna ada saya sendiri, mas Hendra, mbak Galih, mas Doyok, dan mas Joko. Lalu dari Calung Donal Duck dan Sanggar Sapu Lidi hampir semua nya menjadi penari. Siska, Dedes, Agus, Mono, Marji, Rita, Ratna, dan masih banyak lagi.

Sensasi yang saya respon pada awalnya yaitu, saya merasa tanah ini bergeser, berguncang, dan mulai memiringkan badannya. Hentakan-hentakan kaki, loncatan-loncatan sang penunggang kuda, penari buto, dan gemerincing “klinthing” di kaki-kaki mereka terdengar sangat kuat di daun telinga ini. Sampai-sampai alunan gamelan dan tembang yang dinyanyikan hampir tidak terdengar. Tapi lama kelamaan itu menjadi hal biasa, dan menyenangkan.

Para Penari

Para Penari

Pengalaman saya ini bercerita kepada diri saya sendiri, dan memunculkan tanya, “kemana ketakutan saya akan wujud penari-penari ini menghilang? Nyatanya saya kini berdampingan dengan rupa-rupa menyeramkan itu. Ada buto, kethek, penunggang kuda yang membawa cemeti, dan lain sebagainya”. Jawabannya tentu, ketakukan itu hilang dan menjadi rasa kekaguman. Coba, tonton dan nikmati. Anda akan merasakan hal yang sama. Karena tradisi kesenian rakyat seperti ini sering dipandang sebelah mata oleh sebagian orang, maka anda dan kita dapat menyadarkan mereka untuk memandang kesenian ini dengan mata terbuka.

Dan pada akhirnya, saya menikmati menari Seni Campur sebagai “Rontek, ” ditengah-tengah mereka. Bumi yang bergetar karna hentakan-hentakan kaki penari, kini menjadikan rasa kangen tersendiri untuk bisa segera menikmati kesenian Campur kembali.

Nina Dan Hermi

Nina Dan Hermi

Tak Sempat

Finding_peace_in_solitude_by_Si2

Banyak hal yang tak akan sempat aku sampaikan kepada dunia. Tentang jiwaku, suaraku, wajahku, dan getaran tajam dihatiku. Ketika aku menjadi sama seperti serpihan kapur, aku akan terlupakan dan hilang seperti debu yang diterbangkan angin. Tak ada kata yang sama dalam ucapan. Hati yang gundah pun hanya diam seribu bahasa. Sanggupkah? Bukan pertanyaan atau jawaban yang ku ingin. Aku menakdirkan diriku sendiri. Aku tak pernah beranjak, aku tak pernah terjatuh, dan aku tak pernah mengeluh ketika,…ketika semua mencoba untuk membinasakan kekuatan yang ada pada diriku, bukan kepada tubuhku. baca selanjutnya

Menelanjangi Rasamu

sadness

Pagi dalam kabut,
menyibakkan kesendirian yang selama ini kusembunyikan dalam kegelapan, dan melintasi belenggu yang sedang melumat habis sebuah tujuan. Aku disana. Berdiri didepan kaca alam yang liar tergelar memanjang diatas danau nan hitam. Tampaklah segala rintang, rintih yang kian ganas menghantam, menyakiti, dan membunuh hingga sisa nyawa ketujuhku.

baca selanjutnya